IPNU IPPNU
Sekilas
PKPT IPNU IPPNU UIN Malang
(Oleh: Rekan Sidiq Nugroho bin Fauzan Sidiq)
Sejarah IPNU IPPNU
Lahirnya IPNU
(Oleh: Rekan Sidiq Nugroho bin Fauzan Sidiq)
PKPT IPNU-IPPNU UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, sebuah organisasi yang berdiri sebagai wujud kepedulian mahasiswa NU di
Kampus Ulul Albab terhadap tradisi NU yang mulai tergerus. Bahkan tak sedikit
mahasiswa yang berlatar belakang NU mulai mengabaikan seruan sholat. Rupanya
diskusi-diskusi intelektual lebih nikmat dan menjadi prioritas utama. Akhirnya
inisiatif untuk mendirikan PKPT IPNU-IPPNU pun mulai digagas.
Upaya pendirian organisasi ini rupanya tidak
berjalan mulus. Sebagaimana penuturan KH Chamzawi dan Gus Is bahwa beberapa
mahasiswa PMII menolak rencana pendirian PKPT IPNU-IPPNU,
karena hal tersebut akan memecah PMII sebagai organisasi yang lahir dari NU
juga. Namun dengan bijaksana para Kyai NU UIN Malang memberikan jalan keluar
agar PKPT IPNU-IPPNU tetap didirikan dengan catatan ruang gerak organisasi
dalam ranah "ketradisian" sehingga tidak berbenturan dengan PMII. Singkatnya,
hal itu disetujui oleh kedua pihak, maka berdirilah PKPT IPNU-IPPNU UIN Malang
pada tahun 2003.
Sejak berdiri sampai sekarang, organisasi ini
terus berjuang untuk menghidupkan tradisi keaswajaan di Kampus Islam yang
sedang digadang-gadang sebagai WCU (World Class University) ini. Tradisi yang
dilestarikan antara lain seprti pembacaan maulid diba', khotmil Qur'an,
pengajian kitab kuning, tahlil dan diskusi keilmuan yang bersifat mingguan. Ada
juga agenda tahunan yakni istigotsah kubro untuk umum.
Sejarah IPNU IPPNU
Lahirnya IPNU
Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan otonom Nahldlatul
Ulamayang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada segmen pelajar dan
santri putra. IPNU didirikan di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H/
24 Pebruari 1954, yaitu pada Konbes LP Ma’arif NU. Pendiri IPNU adalah M.
Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo),dan Abdul Ghony Farida
(Semarang). Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih
dalam Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1
Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang,
dan Kediri.Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru,
IPNU mengubahkepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat
itu, segmen garapan IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya.
Pada
Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya
menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU
dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad mengembalikan basisnya disekolah
dan pesantren. Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa
kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta
bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham
ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
Untuk
mewujudkan visi tersebut, IPNU melaksanakan misi:(1) Menghimpun danmembina
pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi; (2) Mempersiapkan
kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa; (3) Mengusahakan
tercapainya tujuan organisasidengan menyusun landasan program perjuangan sesuai
dengan perkembangan masyarakat(maslahah al-ammah), guna terwujudnya khaira
ummah; (4) Mengusahakan jalinan komunikasi dankerjasama program dengan pihak
lain selama tidak merugikan organisasi.
Sebagai
salah satu perangkat organisasi NU, IPNU menekankan aktivitasnya pada
programkaderisasi, baik pengkaderan formal, informal, maupun non-formal. Di
sisi lain, sebagai organisasi pelajar, program IPNU diorientasikan pada
pengembangan kapasitas pelajar dan santri, advokasi, penerbitan, dan
pengorganisasian pelajar.Kini IPNU telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat
provinsi dan 374 Pimpinan Cabang ditingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun
2008, anggota IPNU telah mencapai lebih dari 2 juta pelajar santri yang telah
tersebar di seluruh Indonesia.
Disini
IPPNU tidak akan lepas dari sejarah IPNU, karena merupakan satu wadah yangsama
untuk para pelajar dengan latar belakang NU. Sehingga lahirnya IPPNU pun juga
karena para pelajar putri yang tergabung dalam IPNU ingin mempunyai wadah
sendiri, yang tidak menjadi satudengan para pelajar putra. Ini bisa dimaklumi,
karena pada saat itu sudah mulai muncul konflik gender yang imbasnya juga
sampai pada negara kita. Maka para pelajar putri ingin
mendapatkan“keistimewaan” yang lebih.
Lahirnya
IPPNU
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putriyang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akandiadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malangdinamakan IPNU putri.
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putriyang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akandiadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malangdinamakan IPNU putri.
Dalam
suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955,
ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula
yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi
departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus
teras PP IPNU telah membentuk semacam kesaneksklusifitas IPNU hanya untuk
pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri
yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang
dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU
yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri
Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi). Dari pembicaraan tersebut
menghasilkan beberapa keputusan yakni:
•Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
•Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiranIPNU putri.
•Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabangselanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Rekanita Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Rekanita Syamsiyah Mutholib
•PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
•Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU.
•Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
•Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiranIPNU putri.
•Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabangselanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Rekanita Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Rekanita Syamsiyah Mutholib
•PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
•Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU.
Selanjutnya
PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah
mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang turut
mewarnai perjalanan organisasi ini. Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah
mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khusus organisasi
pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan
lainnya tidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu,
pada Kongres IPPNU IX diJombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan
perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri
Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul
Ulama”.Selanjutnya, angin segar reformasi telah pula mempengaruhi wacana yang
ada dalam IPPNU. Perjalanan organisasi ketika menjadi “putri-putri” dirasa
membelenggu langkah IPPNU yang seharusnya menjadi organisasi pelajar di
kalangan NU. Keinginan untuk kembali ke basis semula yakni pelajar demikian
kuat, sehingga pada kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25 Maret tahun 2000
mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan penguatan
wacana gender. Namun, pengembalian ke basis pelajar saja dirasa masih kurang.
Sehingga pada Kongreske XIII IPPNU di Surabaya tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU
tidak hanya mendeklarasikan kembalike basis pelajar tetapi juga kembali ke nama
semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”.
Dengan
perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk memberikan
kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan pelajar
putridengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada kepentingan
politik praktis yang bisamembelenggu gerak organisasi. Namun perlu juga dipahami
bahwa akronim “pelajar” lebihdiartikan pada upaya pengayaan proses belajar yang
menjadi spirit bagi IPPNU dalam berinteraksidan bersosialisasi dengan seluruh
komponen masyarakat Indonesia dengan mengedepankanidealisme dan intelektualisme